10 kebiasaan buruk yg membudaya di Indonesia

Rabu, 03 Maret 2010

10 Kebiasaan Buruk Yang Membudaya Di Indonesia - Zulfikri Salam

Dari sekian banyak faktor2 penyebab keterpurukan Indonesia, saya melihat dan menyimpulkan bahwa, ada 10 kebiasaan buruk yang selama ini membudaya di masyarakat, yang bisa dikategorikan segabai faktor utama penyebab keterpurukan Indonesia. Ke 10 kebiasan tsb bagaikan virus-virus ganas yang sedang menggerogoti jiwa-jiwa bangsa dan sendi-sendi Negara ini. Berikut, inilah 10 kebiasaaan tsb:

1.  Korupsi, kolusi dan nepotisme
2.  Kebiasaan Menjilat dan beking membeking.
3.  Men-dewa2kan segala hal yang Berbau Asing.
4.  Kebiasaan Berhutang dan membeli cara kredit.
5.  Kebiasaan memperoleh sesuatu dengan Cara Instan.
6.  Berlaku Sok Jagoan dan sok siap menghadapi tantangan.
7.  Mendahului Keuntungan Pribadi dari pada kepentingan negara.
8.  Kalah Dalam Segala Event &Tertinggal jauh dalam cara berfikir.
9Tidak Ber-sungguh2 & Tidak serius dalam berkarya.
10.Tidak Disiplin, selalu melanggar hukum dan praturan.

Disini saya akan coba sedikit menguraikan segi2 negatif yang timbul dari kebiasaan-kebiasaan buruk diatas yang menyebabkan negara kita terus menerus berada dalam keterpurukan.

1- Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Pertama kita patut bersyukur dengan dibentuknya KPK. Kita mulai bisa melihat dan merasakan adanya upaya serius dalam membongkar kasus-kasus korupsi, kolusi yang selama ini terus ditutup-tutupi dan menghukum para pelakunya yang umumnya adalah para pejabat pemerintah.
Berbuat korupsi sama juga dengan membunuh bangsa. Negara manapun tidak akan pernah sejahtera jika pejabat2nya telah terbiasa melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Pejabat2 korup di suatu negara bisa diibaratkan seperti tumor ganas dalam tubuh manusia, kalau tumor itu tidak dibuang maka selamanya hidup manusia itu akan terus meradang dan kesakitan.

2-Kebiasaan jilat menjilat dan beking membeking.
Saya yakin kita semua sudah tahu, siapa yang dimaksud dengan penjilat. Bagi mereka yang bekerja di perkantoran pasti sudah tidak asing lagi. Mereka mengibaratkan penjilat adalah teman yang menikam dari belakang atau musuh dalam selimut. Karena penjilat adalah orang yang mencari keuntungan dengan mengorbankan teman sendiri.
Itulah gambaran jilat menjilat di lingkungan perkantoran. Bagaima pula halnya jilat menjilat di lingkungan bernegara? Pastilah penjilatnya berasal dari oknum2 pejabat pemerintah dan penegak hukum, atau sebaliknya merekalah yang menjadi objek penjilat. Kalau di lingkungan kantor yang menjadi korban adalah pegawai biasa, namun di lingkungan negara yang menjadi korban adalah rakyat dan negara itu sendiri. Kasus pelemahan KPK dan skandal Bank Century salah satu contoh yang tidak lepas dari upaya jilat menjilat antara oknum pejabat, penegak hukum dengan orang seperti Anggoro/Anggodo atau sebaliknya, demi mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu.
Di zaman penjajahan Belanda kita menyebut penjilat2 itu sebagai Antek-antek Belanda. Mungkin di zaman sekarang kita bisa menyebut mereka sebagai Antek-antek penjajah atau sebagai bodyguardnya para koruptor. Sungguh ironis nasib bangsa ini jika orang-orang seperti Anggoro, joko candra dll bisa menjadi “BOS BESAR”nya para pejabat dan penegak hukum kita.

3-Meng-agung2kan segala hal yang berbau asing.
Salah satu yang membuat ekonomi kita terus menerus terjajah di abad modern ini adalah karena sikap kita yang terlalu mendewa-dewakan orang asing dan segala yang berlabel asing, sehingga membuat kita tidak percaya diri dan tidak bisa melepas diri ketergantungan kepada asing. Kita selalu merasa takut ditinggal investor asing. Selalu mengukur kemajuan pada banyaknya orang asing yang datang, banyaknya bangunan apartement mewah yang menampung orang asing, dan banyaknya sewalayan-swalayan asing. Inilah yang menyebabkan kita selalu ditakut-takuti dan didikte oleh bangsa-bangsa lain? Padahal kita adalah bangsa besar. Rakyat kita adalah pasar yang besar. Negara kita negara kaya raya. Kita punya gunung emas di Irian. Kita punya pulau Natuna dan beribu pulau lain yang penuh dengan kekayaan alamnya. Kita juga punya kekayaan gas dimana-mana. Kita punya lautan luas yang termasuk salah satu terhebat di dunia. Kita punya hutan dan tanah yang sangat subur yang bisa dibilang paling subur didunia karena cukup matahari dan hujan, karena terletak di sepanjang khatulistiwa. Kita juga punya tambang, minyak bumi, timah, batubara dll. Intinya kita punya segala-galanya. Cuma satu yang tidak kita punya yaitu Mental untuk merdeka, dan berdiri diatas kaki sendiri.

4. Kebiasaan berhutang dan membeli cara mengkredit.
Ternyata kebiasaan ini tidak hanya membudaya pada level masyarakat biasa, namun juga menjadi budaya di level elit dan para pemimpin negara.
Berhutang membuat kita terikat dan tidak lagi bebas. Apalagi berhutang dengan harus menandatangani sejumlah persyaratan2 sebagaimana yang pernah kita lakukan dengan IMF yang ternyata lebih banyak mudhorat(kerugian) dari pada manfaatnya.

5. Selalu ingin memperoleh sesuatu dengan cara Instan.
Bisa dibilang orang-orang yang selalu memakai cara-cara instan dalam mencapai tujuan atau mendapat apa yang diinginkan adalah orang-orang pemalas karena tidak mau berkeringat, tidak kreatif karena tidak mau berfikir, pengecut karena tidak berani menerima tantangan. Orang-orang seperti ini tidaklah layak untuk memikul tugas dan menerima tanggung jawab apapun. Mungkin saja sebagian besar dari masyarakat kita ini lebih memilih cara-cara instan sehingga seperti inilah jadinya negara kita.

6. Berlaku sok jagoan yang siap menerima tantangan apapun.
Dalam hal ini saya hanya berharap kepada pemimpin2 bangsa agar lebih membela kepentingan rakyatnya sendiri, dan memproteksi seluruh kekayaan alam kita dari kelicikan bangsa-bangsa lain yang ingin menjadikan negara ini sebagai sapi perahan buat mereka.
Kita tidak boleh sok jago dengan membuat negeri ini menjadi seperti las vegas. Dan kita jangan berlagak seperti koboi yang menjunjung sportifitas. Kita harus tahudiri, menyadari siapa diri kita. Kita tidak boleh mengadu krisjon dengan mike tyson, Malaysia saja yang lebih makmur dari kita bertindak memproteksi diri dengan mematok kurs dollar saat krisis. Amerikapun negara super power sangat memproteksi negaranya sendiri. Apalagi kita negara yg masih bau kencur, belum waktunya untuk meliberalkan ekonomi, apalagi degan melakukan perdagangan bebas.

7. Mendahulukan keuntungan pribadi daripada kepentingan bangsa dan negara.
« Asal aku dapat keuntungan besar, apapun akan aku lakukan. Mau mereka jungkir balik kek mau mampus kek aku tidak peduli ».
Mungkin begitulah kira2 pemikiran orang-orang yang tidak lagi mempedulikan bangsa dan negaranya. Orang-orang seperti ini akan menempuh segala cara untuk mendapat keuntungan pribadi. Mereka tidak lagi segan2 menipu dan mengakali rakyatnya sendiri. Jika orang2 yang bermental seperti ini berpolitik maka dia akan melakukan politik2 kotor seperti jual beli suara, politik dagang sapi dll. Orang-orang seperti ini juga rela merusak negara sendiri dan menjajah bangsa sendiri demi kekayaan pribadi. Selama orang-orang bermental seperti ini masih bercokol di bumi kita ini, maka selama itu pula kita akan melihat tindakan-tindakan dan politik yang tidak bermoral, tidak peduli dan pengrusakan secara membabi buta di segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dan juga kerusakan pada alam lingkungan yang menjadi sumber penghidupan.

8. Kalah dalam segala event & Tertinggal jauh dalam cara berfikir.
Sudah menjadi tradisi bahwa kita selalu kalah dalam banyak hal, baik dalam pertandingan, dalam berkarya bahkan dalam cara berfikir.
Kita masih saja berfikir bagaimana menjual bahan baku, sedangkan bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana mengelola dan mengeksport produk.
Kita masih saja berfikir bagaimana cara mengkadali dan mencari keuntungan dari bangsa dan rakyat sendiri yang memang masih sangat lugu dan polos, sedangkan bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana cara mengakali dan mencari keuntungan dari Negara2 lain.

9. Tidak ber-sungguh2 dan serius dalam berkarya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebahagian besar produk-produk karya anak bangsa kita kurang diminati dan kurang populer di Negara-negara lain, bahkan di negeri sendiri sajapun masih belum mampu menjadi tuan rumah. Dalam hal ini sepertinya saya lebih setuju dengan pendapat para teman-teman yang mengatakan bahwa, kurang diminatinya produk2 hasil karya bangsa kita sebab, dalam membuat produk apapun bangsa kita kurang serius dan kurang ber-sungguh2 menekuni hasil karyanya.

10. Kebiasaan tidak disiplin dan melanggar hukum dan praturan.
Sudah banyak sekali contoh membuktikan bahwa orang2 yang berhasil sukses adalah orang2 yang selalu mentaati disiplin dan peraturan. Baik itu peraturan yang dibuat untuk diri sendiri atau peraturan Agama dan peraturan Negara. Ingatlah satu negara bisa makmur bila rakyatnya memiliki budaya berdisiplin yang tinggi. Lihat saja seperti Jepang, Korea Singapore dll.
Sementara di Indonesia sepertinya Tidak-berdisiplin dan melanggar hukum dan peraturan sudah jadi budaya kita. Sepertinya peraturan sengaja dibuat untuk dilanggar. Memang ada benarnya semboyan yang mengatakan “Bukan peraturan namanya kalau tidak dilanggar” Tapi kalau terus menerus melanggar peraturan itu namanya salah kaprah. Dari hal-hal kecil seperti memungut pajak dari orang2 pedagang kaki lima, menerima uang dalam kasus Tilang menilang, sampai hal-hal berskala besar.
Kalau kita benar-benar mau melihat negara ini aman, nyaman indah, makmur, dan sentosa, maka biasakanlah berdisiplin dan mentaati segala hukum dan peraturan, baik itu peraturan yang dibuat negara ataupun peraturan agama, termasuk juga peraturan yang menyangkut ketertiban umum, pemukiman dan kelestarian alam lingkungan dll.

Itulah 10 kebiasaan buruk yang saat ini membudaya di masyarakat kita yang menjdadi penyebab utama keterpurukan Indonesia menurut pandangan saya. Mungkin benar mungkin juga salah wallahu a’lam. Yah… semoga saja dengan mencari tahu jati diri kita sendiri dan berusaha memperbaikinya ada mamfaat untuk bangsa dan Negara.
________________________
Judul terkait: Menebak Wajah Indonesia Tahun 2030
                    Indonesia Belum Merdeka

INDONESIA MASIH DIJAJAH

Pengikut